Translate

Selasa, Desember 31, 2013

Jurug Gedhe

     Kalau sebelumnya posting mengenai Jurug Gedhe di sini, waktu itu airnya lagi kering kerontangan, alias airnya tidak mengalir, dan mumpung masih di Jogja dan belum kembali ke negeri asal, Surabaya, tidak ada salahnya kalau mencoba datang lagi ke tempat yang sama. Kebetulan sepupuku Akbar sedang sibuk kuliah, jadi bisa minjam motornya buat jalan-jalan :D.  Isenglah jadinya ngajak teman backpackerku si Dewi yang belum pulang-pulang ke Makassar untuk eksplore daerah Jurug Gedhe ini.

Jurug Gedhe dilihat dari bawah
      Sebagai pengingat, Jurug ini terletak di daerah Lemah Abang, Gunung Kidul, Jogjakarta. Untuk menyampai jurug ini diperlukan waktu +/- 40 menitan dari pusat kota Jogja. Lokasi jurug ini masih satu arah dengan obyek wisata Gunung Api Purba. Rutenya adalah :Jogja-Bukit Bintang-Ngoro. Ketika mendekati perempatan, belok kanan adalah arah ke Gunung Api Purba, sedangkan ke kiri adalah arah ke Jurug Gedhe ini.


      Jalanan menuju jurug ini terjal dan melewati persawahan yang menyengarkan mata, dan dari kejauhan terlihat dengan gagah Gunung Api Purba. Ketika agak masuk ke dalam jalanannya sudah lumayan bagus namun agak menurun dan curam.

Di depan plang pintu masuk
       Untuk masuk jurug ini cuma dikenakan biaya 1.000 idr perorang dan uang parkir 2.000 idr/motor. Menurutku sangat murah dengan pemandangan curugnya yang cantik. Oh ya, di area ini juga terdapat area outbond dan bumi perkemahan. Jika ingin berkemah atau outbond bisa bertanya kepada bapak-bapak yang menjaga parkir di sana.

Jalanan untuk trekking dari bambu melewati persawahan.
Jembatan bambu untuk trekking

     Ketika pertama memulai trekking, kita akan melewati jembatan dari bambu yang melewati persawahan hijau dan menurutku di sini sangat bagus untuk obyek foto atau bernarsis ria :D. Trekking menuju air terjun ini sebenarnya ada dua jalur, yang pertama melewati plang Jurug Gedhe dan yang kedua trekking melewati bawah jembatan kuning yang ada di dekat parkir motor. 

Jembatan penghubung ke arah Sleman
      Sebenarnya jalur di bawah jembatan kuning itu adalah jalur akhir trekking kalau hendak menyusuri sungai di Jurug gedhe ini. Boleh di bilang di bawah jembatan ini adalah muara sungai yang mengalir ke bawah sampai di jurug.

Narsis bareng Dewi :D
       Di Jurug Gedhe ini terdapat 6 anakan kecil dari jurug. Nah kalau trekking pertama kali lebih baik turun hingga Jurug Gedhe, kemudian kembali naik ke jalanan semula lalu agak sedikit extreme turun menggunakan tali tampar untuk sampai ke bawah. Lah, bagian ini adalah bagian atas jurug.

Turunan untuk menuju atas jurug.
Puncak Jurug
     Setelah melewati turunan kita bisa trekking menyusuri sungainya. Hingga naik melewati beberapa anakan dari jurug ini. Sangat menyenangkan trekking menyusuri sungai ini sambil menikmati alam daerah jurug ini.

Enak buat plosotan :D

Kalau mau ke atas trekking melewati anakan jurug ini

Trekking ke atas dengan bantuan tali.

Sisi lain anakan jurug.

Jembatan di bawah sungai. Jalur terakhir trekking.

Senin, Desember 30, 2013

Parangtritis Bercermin

    Kalau ditanya mengenai pantai-pantai yang keren dan menjadi idaman, sebagian orang akan setuju kalau pantai idaman itu pantai yang bening, bersih, berpasir putih, airnya tenang, karangnya bagus, ombaknya tenang, terlebih airnya bening berwarna hijau tosca. Ibarat memilih pasangan hidup, pasti sebagian dari kita akan memiliki kriteria masing-masing yang menurut kita sempurna. Dan jujur kalaupun ditanya mengenai hal yang serupa mengenai pantai idaman, aku akan menjawab hampir sama seperti yang sebagian orang gambarkan.
Pantai idaman di Pulau Maratua, Derawan, Kalimantan Timur
Pantai Pink Beach, Komodo, Flores, NTT
     Banyak pantai-pantai keren yang pernah aku kunjungi hampir separuh Indonesia ini. Sebagai contoh : pantai Teluk Tamiyang dan Tanjung Kunyit di Kalimantan Selatan, Kepulauan Derawan di Kalimantan Timur, Tanjung Bira di Sulawesi Selatan, Pantai-pantai keren di Pulau Lombok, Kepulauan Wakatobi di Sulawesi Tenggara, serta pantai-pantai di Kepulauan Komodo di Flores, NTT. Sebagian pantai yang aku sebutkan memang menarik secara fisik karena ditunjang oleh kontur alamnya yang memang cantik. Dulu yang menjadi incaran dalam setiap destinasi yang aku kunjungi harus menarik seperti gambaran di atas, hingga lama-lama aku merasa bosan dan jenuh. Ibarat makanan, terlalu sering makan di restoran Jepang yang makanannya terkenal enak, atau di restoran Italy yang juga tidak kalah enaknya, menurutku semua itu akan menjadi biasa lagi. Bukan menjadi hal yang luar biasa lagi seperti yang diimpikan dulu ketika tahu informasi mengenai tempat-tempat yang memang dianugerahi Tuhan dengan bentang alam yang menarik. 

Pantai Glagah Kulon Progo, Jogjakarta

    Setelah sering berjalan mengembara kemanapun di belahan bumi pertiwi ini akupun mulai sadar bahwa apa yang selalu terlihat menarik tidak selamanya enak dinikmati. Sebagi contoh datang ke suatu tempat yang digambarkan di TV, atau media informasi lainnya yang terlihat menarik, ketika aku datangi justru terlihat biasa, hanya beberapa spot tertentu yang malah menarik. Ibarat perbandingan, antara yang menarik dan tidak menarik 2:5. 





Parangtritis

      Siapa yang tak mengenal pantai ini. Pantai yang cukup populer di kota pelajar Jogjakarta ini memang sangat ramai dikunjungi wisatawan. Pantai yang hanya berjarak +/- 27 km dari pusat kota Jogjakarta ini cukup mudah dituju. Banyak yang percaya bahwa pantai ini terkenal akan kemistisannya mengenai Nyai Roro Kidul, yaitu penguasa Laut Kidul atau Pantai Selatan. Secara pribadi, ketika pertama kali aku mengunjungi pantai ini, aku kurang begitu suka. Mengapa? karena pantai ini berpasir hitam, ombaknya besar, ramai pengunjung, banyak sampah, dll. Bahkan aku belum menemukan apa menariknya pantai ini.
      
         

    Setelah lama tidak mengunjungi pantai ini dalam kurun waktu 10 tahunan,akhirnya aku bisa menghabiskan waktu jalan-jalan di kota Jogjakarta ini selama +/- 3 bulan. Awalnya yang menjadi incaranku adalah pantai-pantai di Gunung Kidul yang kebanyakan pasir pantainya berwarna putih. Bahkan selama menghabiskan waktu 3 bulan aku enggan mengunjungi Parangtritis lagi. Alasanku simpel, yaitu aku pernah mengunjunginya. Namun, karena kehabisan tempat untuk dikunjungi selama di Jogjakarta ini, akupun ingin datang lagi ke tempat ini, ingin melihat perubahan di pantai ini. Aku mengiyakan ajakan sepupuku untuk mengeksplore tempat ini.

      Ketika menyusuri pantai yang berwarna hitam ini perasaanku masih saja sama seperti yang dulu. Namun ketika berjalan semakin menjauh-menjauh dan mengamati pemandangan sekitar rasanya aku seperti ditampar. Aku tidak menyadari kalau pantai ini sebenarnya memang cantik. Cantik seperti orang Jawa, penghuninya. Dari balik deburan ombak yang terseret kembali kelautan, aku melihat cermin besar. Cermin dari Tuhan yang alami. Sementara di depanku terpampang dengan jelas perbukitan yang menghijau. Cantik.
   
      Mengapa menjelang akhir perjalananku di kota ini, aku malah melihat cermin besar yang terlihat jelas bayanganku di sana? Seketika lamunan menyadarkanku bahwa selama ini aku hanya berjalan mencari kesempurnaan. Kesempurnaan pemuas ego diri. Ego yang selalu menuntut untuk mencari yang terbaik, bahkan selama ini aku belum bisa merasakan ketenangan, walau berjalan di tempat yang menurut sebagian orang sangat mampu untuk merefleksi diri.

   







 

 
  Dulu aku membangun perjalananku dari sebuah mimpi, tumbuh dewasa menjadi ambisi yang sangat menggoda untuk dituruti. Dan akupun sadar hal itu, namun ambisi membiusku. Mematungkanku dalam keheningan ilusi. Memang tempat-tempat indah yang kudatangi bisa membawa energi positif untukku, namun aku melupakan satu hal tentang kesederhanaan. Aku belum bisa melihat kesempurnaan dari sisi kesederhanaan. Atau boleh dibilang, melihat sisi lain dari tempat yang dianggap tidak menarik. Dan sore ini aku berhasil mendapatkan sisi lain itu :)


       Sore itu kami susuri pantai ini, semakin keujung menuju perbukitan, dan kagetnya kami menemukan air terjun di ujung pantai. Selama ini ternyata tidak banyak yang tahu kalau di sini ada air terjun yang airnya langsung jatuh mengalir ke laut. Jadi menambah nilai plus perjalanan kali ini. Cantik memang air terjun ini. Kecil dan sederhana. 


   
    Setelah berjalan beberapa saat, senja mulai turun. Dengan tergesa-gesa kami mengambil gambar senjanya. Yang membuatku takjub adalah semuanya serba bercermin. Mulai dari bayangan delman yang melewati pantai, Kuda yang berlarian, orang yang berjalan, hingga senjanyapun semuanya serba bercermin. Seolah menyadarkan diriku bahwa alam saja bercermin terhadap dirinya sendiri, kenapa aku tidak bisa?. Sore ini begitu sempurna. Perjalanan plus relfeksi dirinya dapat. Jadi bukan lagi jalan-jalan biasa yang hanya cuma narsis. Makna perjalanannya dapat sekali. 
    








Rabu, Desember 25, 2013

Jalan-Jalan ke Jogjakarta : Menikmati Jogja yang tidak biasa (1)

Mendengar kata Jogjakarta pasti semua akan setuju kalau kota ini adalah kota yang selalu “ngangenin” untuk didatangi kembali. Disamping terkenal akan keramahan orang-orangnya, Jogjakarta juga terkenal akan wisatanya yang menakjubkan, makanannya yang murah, budayanya, tongkrongannya, blaa..blaa.. blaa pokoknya lah. Dan, menurutku kota ini juga sangat cocok untuk backpackeran pemula, setidaknya itu menurutku sih :D. Aku datang pertama kali ke kota ini waktu masih SD ikut tur-tur setelah tamat SD gitu. Setelah memasuki dunia anak kampus, aku jadi sering mengunjungi kota ini beberapa kali, disamping sebagian besar kota-kota besar di Indonesia. Beberapa kali datang ke sini setidaknya aku melihat beberapa perubahan dari kota gudeg ini.

Candi Prambanan

Jogja dulu Vs Jogja sekarang
         Menurutku kota Jogja yang dulu adalah kota yang terkenal akan wisata murahnya, namun sekarang kulihat kota Jogja adalah kota yang wisatanya agak mahal, setidaknya aku lihat dari harga makanannya yang berbeda dari dulu, di samping itu harga tiket masuk obyek wisatanya juga naik, contoh Borobudur, Prambanan, mungkin imbas kenaikan harga BBM kali ya :D. Oh ya itu menurutku loh, belum tentu sama dengan yang lain he he he.
        Dulu yang paling dikenal dari Jogja kalau tidak Borobudur, Prambanan, Malioboro, Alun-Alun bla..blaa..bla lah. Sekarang banyak wisata-wisata keren yang tidak biasa di Jogja, salah satunya adalah wisata di Gunung Kidul. Pastinya bikin tidak bosen lah mengunjungi kota ini ha ha ha

Transportasi
          Transportasi menuju kota Jogjakarta menurutku sangat gampang karena kota ini adalah kota besar. Sebagai contoh dari Surabaya-Jogjakarta bisa menggunakan Bus Mira ekonomi harganya Rp. 47.000,- saja dan ada 24 jam nonstop. Kalau dulu lebih menyukai naik kereta api ekonomi karena harganya cukup murah Rp. 30.000,-an saja, namun sekarang harga tiket kereta api ekonomi geje alias gak jelas. Jadi opsi yang paling murah dan fleksibel menurutku ya naik bus ekonomi. 
           Nah selama di Jogja sebaiknya rental motor saja biar enak explore nya, karena kalau naik angkutan umum makan waktu.  Banyak sekali rental motor yang ada di Jogja dengan kisaran harganya 40-50an ribu rupiah. untuk lokasinya bisa melihat di web : 
http://www.sewamotorjogja.com/ atau di https://twitter.com/sewamotor20rb
     
        Nah, kalau bingung rute menuju Gunung Kidul ini, aku buat sketsa asal-asalan rute menuju kesananya. Rute ini juga melewati jalur-jalur obyek wisatanya. Oh ya, rute ini adalah tempat-tempat wisata yang aku lalui selama menikmati 3 bulan lebih liburan di Jogja.


Keterangan 
  1. Dari Kota Jogjakarta bisa ambil rute ke arah Wonosari, dari ring road lurus terus sampai melewati Terminal Giwangan lurus saja sampai ada perempatan lampu lalu lintas, lalu belok ke arah Wonosari. Ambil lurus terus sampai jelek hahaha, lalu siap-siap menikmati jalanan berkelok ke arah Bukit Bintang. Oh ya, bagi yang malas bermotoran bisa juga naik bus di Terminal Giwangan. Dari Terminal Giwangan naik bus ke arah Wonosari sekitar +/- 7.000 idr. Dari Terminal Wonosari terserah mau menuju kemana, kalau mau lanjut ke Pantai Baron, bisa naik bus Wonosari-Baron +/- 10.000 idr.
  2. Bagi yang bermotoran bisa mengikuti ruteku di atas, jadi setelah melewati Bukit Bintang, lurus terus ada pertigaan menuju Ngoro atau Nglanggeran, lurus terus sampai ketemu Objek Wisata Gunung Api Purba. di Perempatan Gunung Api Purba kalau belok ke kiri ada Objek Wisata Curug Gede. Kalau ke arah kanan ada Gunung Api Purba. Setelah dari Gunung Api Purba bisa ke Kebun Buah Embung Nglanggeran.
  3. Setelah puas menikmati Embung Nglanggeran bisa kembali ke arah jalan raya Jogja-Wonosari, lurus terus ikuti jalan. Di sebelah kiri jalanan nanti melewati Objek Wisata Goa Pindul, kalau lurus sedikit ada pertigaan, kalau ke kanan menuju Objek Wisata Air Terjun Sri Gethuk dan Goa Rancang Kencono
  4. Dari pertigaan bisa bebas memilih rute mau lurus langsung menuju ke arah Wonosari-Gunung Kidul atau memilih ke kanan rute Sri Gethuk/ Goa Rancang Kencono-Ngrenehan-Ngobaran-Baron
  5. Kalau dari pertigaan langsung lurus tembus Gunung Kidul. Di sana nanti ada pertigaan. Rute kiri Pantai Timang-Siung-Jogan-Wedi Ombo dll. Rute kanan ada pantai-pantai yang aku sebutkan di sketsa
Penginapan
         Untuk menginap banyak terdapat penginapan murah disekitaran pantai Kukup, Krakal, Indrayanti dan beberapa pantai lainnya. Pintar-pintarlah menawar. Rata-rata penginapan ratenya 50.000 idr. Kalau mau gratis numpang saja di gubuk-gubuk warga lumayanlah ngirit ongkos he he he.


Objek Wisata

Bukit Bintang 

     Bukit Bintang merupakan salah satu wisata yang wajib dikunjungi saat menikmati liburan di Jogjakarta. Lokasinya ada di perbukitan Pathuk, Gunung Kidul Jogjakarta. Sebenarnya nama asli dari bukit ini adalah Bukit Hargo Dumilah. Mengapa disebut dengan nama Bukit Bintang? Karena dari tempat ini bisa menikmati view kota Jogjakarta pada saat malam hari dengan kerlip-kerlip lampunya yang seperti kerlipan bintang. Di sini merupakan tongkrongan anak muda Jogjakarta (aku banget :D), walaupun tak jarang juga banyak keluarga yang mampir menikmati view tempat ini. Di sini banyak terdapat cafe-cafe yang menjual makanan-minuman ringan seperti mie goreng, roti bakar, jagung bakar. Di sini juga terdapat hotel dan restauran yang viewnya menghadap langsung ke Bukit Bintang  ( Ga sanggup bayar dah kalau aku :D)



      Tempat ini terletak di jalan Raya Yogyakarta-Wonosari km 16. Jika ingin menuju ke lokasi obyek wisata ini bisa menggunakan angkutan umum, kendaraan pribadi maupun kendaraan sewa dengan mudah. Paling enak sih bermotoran menurutku :D. Dari pusat kota Yogyakarta menuju ke arah Ring Road Selatan kemudian ambil arah menuju ke Jalan Wonosari. tinggal lurus mengikuti arah jalan Wonosari hingga tiba di Bukit Hargo Dumilah alias Bukit Bintang, Pathuk, Gunung Kidul.



Gunung Api Purba

      Gunung Api Purba Nglanggeran terletak di Desa Nglanggeran, Pathuk, Gunung Kidul, Jogjakarta. Gunung ini adalah gunung api purba yang berbentuk bongkahan batu raksasa. Gunung Api Purba Nglanggeran adalah gunung api purba yang pernah aktif  puluhan juta tahun yang lalu. Di sini kita bisa menikmati sunset dan sunrise dari puncak gunungnya, serta kerlip cahaya lampu kota Jogjakarta pada waktu malam hari. Trekking menuju pos 1 nya cukup mudah, apalagi melewati bawah tumpukan batu-batu raksasa serta gang sempit himpitan dari bongkahan batu raksasa itu. Sedangkan untuk menuju puncaknya dapat ditemupuh +/- 1 jam an. Sudah 3 kali aku mengunjungi tempat ini dan tak pernah bosan rasanya.


     
Menurut sejarahnya, asal nama Nglanggeran, berasal dari kata Planggaran, yang artinya setiap ada perilaku jahat pasti tertangkap atau ketahuan. Ada pula yang menyebutkan bahwa Gunung Nglanggeran berasal dari kata Langgeng, yang artinya desa yang aman dan tentram. Sebutan lain untuk Gunung Api Purba Nglanggeran adalah Gunung Wayang, karena terdapat banyak bebatuan yang menyerupai tokoh pewayangan. Untuk lebih jelas detail mengenai Gunung Api Purba Nglanggeran bisa dilihat di sini.

       Lokasi Gunung Api Purba ini bisa ditempuh +/- 25 km dari kota Jogjakarta dengan waktu tempuh 40-50 menit. Ambil rute jalan raya Jogja-Wonosari melewati Bukit Bintang. Dari Bukit Bintang bisa ditempuh +/- 15 menitan atau sekitar 7 km menuju gunung itu.



     
          Dari arah Wonosari kalau mau ke Gunung Api Purba tinggal belok kanan bunderan Sambi Pitu, lurus terus ke arah Desa Bobung (Desa Kerajinan Topeng). Kira-kira jarak lokasi Sambi Pitu-Gunung Api Purba 5 km, dan dari Desa Bobung-Gunung Api Purba 3 km.
     
     Terakhir mengunjungi Gunung Api Purba ini adalah Nopember 2013 lalu saat reunian bersama teman backpacker dari Makassar, si Dewi Indriyani yang sedang jalan-jalan di Jogjakarta. Dulu dia meng-host aku dan sepupuku si Akbar saat kami berdua backpackeran dari Kalsel-Sulsel September 2013 lalu.

         Pada saat mengunjungi Gunung Api Purba bersama si Dewi, awalnya langit cerah, namun pada saat sampai di Pos 1 mendungpun tiba. Awannya tebal, namun terlihat sangat cantik kalau di ambil foto. Aku dan Dewi pun bergegas mengambil foto dia dengan background awan tebal yang melingkar. Hanya ada satu kata, Sempurna!!!.  Mendung tidak selamanya jelek, ha ha ha. Sayangnya, kami tidak bisa melanjutkan sampai puncak gunung karena takut hujan turun deras, maka kami segera turun dan sempat menemukan spot buat menaiki bukit batu namun dari ban-ban sepeda yang disusun. Lumayanlah. :D

Awan hitam yang cantik, seperti si Dewi #ngekkk :D

Mendung malah nantangin :D

Serasa masih berumur 20 tahun :D
Jurug Gedhe
 
     
   Kemana saja aku selama +/-3 bulan menghabiskan waktu jalan-jalan di Jogjakarta? Pastinya mengeksplore Jogjakarta dong :D. Nah, berhubung masih di kawasan Gunung Api Nglanggeran, ada satu objek wisata air terjun yang asyik neh kalau dikunjungi, namanya Jurug Gedhe. Kalau dulu saat jalan-jalan bersama Dewi cuma mengeksplore Gunung Api Purba, sebelum kedatangan Dewi di Jogja, tepatnya bulan Oktober 2013 lalu aku bersama sepupuku si Akbar mengeksplore jurug ini. Lokasinya cukup gampang ditempuh, yaitu dari Jogjakarta sekitar +/- 20an km dengan waktu tempuh sekitar 40 menitan. Satu jalur kok sama arah ke Gunung Api Purba. Rutenya : Jogja-Bukit Bintang-Ngoro. Kalau belok ke kanan adalah arah ke Gunung Api Purba, sedangkan belok ke kiri menuju Jurug Gedhe, daerah Lemah Abang, Gunung Kidul.

           Menurut warga sekitar Jurug  Gedhe ini adalah curug purba. Banyak terdapat aliran sungai purba di sana. Aku sendiri empat bingung kenapa kok di sebut curug purba? Atau mungkin karena masih satu daerah dengan Gunung Api Purba Nglanggeran begitu ya? Jadi Api Purba adalah gunung purbanya, sedangkan Jurug Gedhe adalah curug purbanya. Ha ha ha entahlah, karena aku bukan orang Geologi, yasudahlah dinikmati saja :D. Andai saja menyeret si Dewi ke sini, pasti dia bisa bantu menjelaskan, karena dia orang Geologi he he he.

      Pada saat ke sana, air nya lagi asat alias kering. Yah maklumlah belum memasuki musim penghujan jadi airnya pada kering. Namun walaupun kering, tapi masih keren deh buat dieksplore. Memasuki curug, trekking bisa ditempuh +/- 15 menitan. Jalanannya bagus, melewati persawahan dan dibuatkan seperti jembatan kecil dari bambu untuk pijakan kaki. Tidak bisa dibayangkan bagaimana kalau trekking melewati persawahan berlumpur? becek.. ga ada ojek :D


 

   Trekking masih berlanjut, bermodal rasa penasaran yang tinggi mengenai jurug ini, kamipun melanjutkan perjalanan melewati turunan yang lumayan agak curam. Lumayan ngosh-ngoshan sih buatku yang berbodi lumayan sixpack (baca:gendut :D).



     Memasuki jalanan menuju air terjun jalanan semakin menurun. Bahkan untuk turun perlu bantuan tali tampar untuk menuju ke bawah. Asyik juga sih, bisa bergaya-gaya ala pemanjat tebing gitu :D. Begitu turun, langsung melihat air terjun dari sisi atas dan ternyata K.E.R.I.N.G ha ha ha :D. Daripada cuman mengutuki diri karena airnya kering, mending langsung menyusuri sungainya. Sungainyapun kering, ya iyalah asat gitu. Cuma tersisa sedikit air air yang warnanya hijau tua kecoklatan. 

Menaiki air terjun kecil menuju sisi atasnya

Dari bawah sungai bisa melihat jembatan yang melintang di atasnya

Salah Satu tempat sumber mata air yang kering.
Kebun Buah Embung Nglanggeran

     Embung Nglanggeran, adalah salah satu obyek wisata yang lokasinya masih satu kawasan dengan Wisata Gunung Api Purba di Dusun Nglanggeran, Pathuk, Gunung Kidul, Jogjakarta. Obyek wisata ini terbilang masih baru. Dulu ketika aku mengunjungi Gunung Api Purba 2012 silam, masih belum ada obyek wisata ini. Namun menurut warga sekitar embung ini baru dibuka dan diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X pada Februari 2013 lalu.




 
 Lokasi dari Embung Nglanggeran ini sangat dekat dengan Obyek Wisata Gunung Api Purba. Embung ini sebenarnya merupakan bangunan mirip waduk berupa tampungan air raksasa yang dibangun di atas ketinggian 500 mdpl. Lokasi tepatnya ada di kawasan Gunung Pendem, Padukuhan, Nglanggeran Wetan, Desa Nglanggeran. Menurut warga sekitar Embung ini dibangun menggunakan dana hibah APBD DIY senilai 1,4 miliar rupiah. Wow dengan duit segitu banyaknya, pasti aku bisa bebas melenggang jalan-jalan ke manapun ha ha ha.

    Setelah keluar dari Gunung Api Purba, aku melanjutkan perjalanan ke Embung Nglanggeran ini. Keluar dari pintu masuk api purba aku belok kiri lurus sampai ada pertigaan menuju Embung Nglanggeran. Jika bingung dengan rute di sini, bisa bertanya kepada warga sekitaran Obyek Wisata Gunung Api Purba dimana lokasi Embung ini berada, pasti semua tahu dimana lokasinya. Baru memasuki wilayah Embung udah disambut dengan perbaikan jalan untuk mempermudah akses menuju embung ini.

   
 
   Bahkan di dekat areal parkir saja masih terdapat bahan-bahan untuk mengaspal jalan. Tidak bisa membayangkan bagaimana kelak ketika area ini udah jadi, pasti menjadi areal yang ramai dikunjungi wisatawan. Oh ya retribusi untuk memasuki kawasan ini cukup murah yaitu 8.000 idr.





Apa saja yang bisa dilakukan disana?
   
View keseluruhan embung

  • Narsis, ha ha ha 
  • Gombal-gombalan dengan pacar (kalau punya :D)
  • Menggalau, he he he  buat para jombloers stress :D
  • Yang pasti menikmati view kolam raksasa
  • Menikmati udara sejuk sambil malas-malasan di gazebo
  • Menikmati view dari ketinggian
  • Bunuh diri (not recomended :D)


                                                    


Apa saja yang ga boleh dilakukan disana?
  • Berenang di embung, kesian nanti kalau tenggelam ga ada yang nolong :P
  • Dilarang membuang/melempar apapun di dalam embung, lempar duit 100 juta saja he he he
  • Dilarang masuk/duduk di dalam pagar embung,entar kalau kepleset nyosop di dalam embung dikira disentil jin wk wk wk
  • Dilarang membuang sampah sembarangan, buang saja sampah di wajah anda sendiri ha ha ha
View yang menyejukkan mata

Embung diberi pagar biar ga ada yang usil pengen renang :D
   
     View Embung Nglanggeran ini bisa juga terlihat dari puncak Gunung Api Purba loh. Bagi yang ingin melihatnya dari atas puncak bisa trekking di Gunung Api Purba sampai puncaknya. Kalau aku malas he he he :D
Paling enak menikmati gazebo sambil melihat view

Melihat sunset dan sunrise di sini keren juga loh