Bingung mau posting tentang apa yang bakal menjadi postingan perdana blog ini (ketahuan malasnya, hehe). Kali ini aku memilih Madura menjadi postingan perdanaku.
Hmmm..mendengar kata "Madura", kesan pertama yang muncul di benakku waktu itu adalah daerah yang kasar, orangnya jahat-jahat, ngeri, horor, blaaa.. blaaa ..blaaaa. Sempat merasa takut juga sebenarnya untuk mengeksplore daerah Madura ini karena beberapa referensi yang menyebutkan mengenai kondisi keamanan di daerah ini yang kurang aman untuk dijelajahi. Ditambah lagi beberapa advice dari beberapa kerabat yang kebetulan juga orang Madura, menyarankan supaya tidak mengunjungi Madura.
Rute menuju Air Terjun Toroan
Hahaha.. daripada membayangkan yang horor-horor terus mending lanjut saja mengenai tempat yang akan aku kunjungi. Perjalanan yang aku pilih adalah perjalanan yang cukup ditempuh seharian saja, yaitu air terjun Toroan. Berawal dari ajakan teman backpacker dari Malang Guh Paramore yang ingin berkunjung ke Surabaya, aku memilih mengajaknya pergi menikmati pulau Madura. Dan ini mungkin kebanyakan hal yang aku lakukan ketika menghost teman-teman backpacker yang datang ke Surabaya, yaitu mengajak mereka menikmati Madura, kecuali ada request untuk menjelajah daerah-daerah lain di Jawa Timur.
Air Terjun Toroan terletak di desa Ketapang Daya, Kecamatan Ketapang, Kabupaten Sampang Madura. Menurutku air terjun ini sangat unik. Mengapa? Karena air terjun ini memiliki muara yang terletak persis di bibir pantai yang langsung jatuh di laut utara Madura. Untuk menuju air terjun ini ada 2 jalan alternatif yaitu, melewati pesisir selatan Madura atau menyusuri bagian utaranya. Jika menuju air terjun ini melalui jalur utara, menurut Google Maps berjarak sekitar 104 km, dan dapat ditempuh selama hampir 2 jam menggunakan mobil ataupun motor. Namun, jika menyusuri bagian selatan akan memakan waktu yang lebih lama dan jaraknya berselisihan kurang lebih 20 km dari jalur utara. Perbedaannya, jalur di utara jalanannya banyak yang rusak, karena dulu banyak kendaraan-kendaraan besar yang lebih memilih melewati jalur utara karena efisiensi waktu. Jika dulu kita harus melewati Pelabuhan Perak kemudian menuju Pelabuhan Kamal menggunakan kapal fery dengan jarak tempuh kurang lebih 20-30 menit, namun sekarang setelah dibukanya Jembatan Suramadu, yang sekaligus menjadi maskot Surabaya-Madura, perjalanan jadi lebih singkat.
Mengunjungi air terjun ini berkali-kali membuatku tidak bosan, apalagi bisa melihat perbedaan warna airnya yang berubah-ubah setiap saat, ibarat melihat proses dari metamorfosis air terjun ini.
Perjalanan kami lanjutkan bermotoran bertiga, dengan Guh Paramore berboncengan bersama temannya dari Malang, sementara aku asyik bermotoran sendirian menggunakan motor super jadul namun kupaksakan berjalan. Kalau mengingat jaraknya yang jauh, sebenarnya malas juga mengingat malam sebelumnya malah lebih memilih begadang hingga usai sholat subuh.
Tepat jam 8 pagi kami berangkat menuju ke tempat pertama yaitu Jembatan Suramadu yang kami tempuh selama kurang lebih hanya 30 menitan saja, karena sedang tanggal merah pada saat itu, padahal biasanya hampir satu jam bermotoran ditempuh untuk menuju ke Jembatan Suramadu ini dikarenakan kemacetan kota Surabaya yang sangat membosankan. Melewati Jembatan ini hanya perlu merogoh kantong sebesar 3000 rupiah saja.
Setelah melewati Jembatan Suramadu, kita bisa berhenti sejenak untuk membeli souvenir khas Madura yang ada di pinggir kanan-kiri jalan. Harganya masih terjangkau, apalagi jika kita pandai menawar. Barang yang dijual di sini bemacam-macam, mulai dari baju-baju, mainan dan segala penak-penik mengenai Madura. Dan yang tak kalah lagi yang tekenal adalah Batik Madura, tepatnya Batik Tulis Madura. Jadi tidak hanya Jogjakarta atau beberapa daerah lain di Indonesia yang menghasilkan batik, di Madura pun terkenal dengan batik tulisnya. Di sini banyak terdapat sentra kerajinan batik tulis madura.
Perjalanan kami lanjutkan lurus saja hingga menuju ke pertigaan antara jalur Bangkalan ( menuju jalur utara Madura) dan jalur Sampang (jalur selatan). Selanjutnya tinggal mengikuti jalur menuju ke Bangkalan. Sebelum mencapai kota Bangkalan, kita bisa mampir ke salah satu Rumah Makan yang sangat terkenal di sini yaitu Bebek Sinjay. Rasanya kurang afdol kalau main ke Madura tapi tidak menikmati salah satu kuliner andalan kota Bangkalan ini. Ditambah lagi dengan harganya yang terjangkau untuk ukuran kantong. Sayangnya pada saat itu kami tidak mampir karena malas antri makanan. Sebagai tambahan, hal yang paliing membuat malas adalah antriannya yang sangat panjaaaaaaang.. Hehehe, butuh usaha untuk mencapai sesuatu hal. Dan kali ini, butuh antrian yang sangat menjemukan untuk mencapai (walau cuma) sepiring bebek sinjay yang lezat. Hahaha, bagaimana? benar bukan?
bumbu kriuknya mantap euy... uenak !!!
Racikan sambal mangga yang pedas menggugah selera
Selain Bebek Sinjay, di sepanjang kanan-kiri jalan raya Bangkalan terdapat rumah makan bebek-bebek lainnya seperti, Bebek Belur (kasihan yaaa , pasti di hajar tuh bebek : D), Bebek Songkem (Ini bebeknya punya etika, pakai sungkem segala :D), dan lain-lain.
Perjalanan kami lanjutkan menuju ke air terjun dengan kondisi jalan raya yang galau tidak jelas, hehehe.. maksudnya jalan rayanya kadang kala mulus tanpa lubang (seperti pahaku :P), dan kadang kala rusak berat, namun masih bisa dilalui dengan baik. Jangan pernah takut untuk tersasar menuju ke air terjun ini, karena jalurnya hanya lurus terus mengikuti alur jalanan. Jika telah sampai di kota Ketapang Daya, kalau masih ragu bisa bertanya pada penduduk sekitar. Mungkin agak sedikit bingung mencari air terjun ini, sebab tidak terexpose dari luar melainkan menuruni jembatan dan memang kita tidak akan sadar akan keberadaannya. Lokasi air terjun ini berdekatan dengan penambangan pasir.
Mengenai kondisi keamanan di sekitaran air terjun, memang sangat sepi. Namun, biasanya ada juga penambang pasir pantai yang bekerja di sekitar air terjun. Kalau anda ragu, anda bisa menitipkan kendaraaan kepada mereka. Untuk memasuki air terjun ini kita tidak perlu merogoh kantong yang dalam dan benar-benar gratis tanpa membayae sepeserpun.
Waktu yang baik untuk menikmati air terjun ini adalah saat sunrise, siang hari, hingga matahari tenggelam.
poto lanscape air terjun toroan
Oh ya, sedikit intermezzo, nama air terjun ini menurutku sedikit jorok dan membuat horni loh !!. Jadi jangan sampai mengucapkannya tidak lengkap, hehee... Toro, dalam bahasa Madura artinya alat kelamin Perempuan :D
Jadi ucapkanlah yang baik dan benar serta LENGKAP :v hehhee..
Berikut ini adalah foto-foto dari air terjun Toroan
|
Ngiler ama sambel mangga nya bebek sinjay :)
BalasHapuswajib dicicipi bang :)
BalasHapuswah saya kemaren kesana cuma ga ke toroan karna lagi ada isu aneh haha malah puter arah jadi ke pulau mandangin di sampang juga hehe
BalasHapusSaya minggu kemaren dari pantai gililabak. Insaallah besok ke air terjun toroan.
BalasHapusSalam backpacker indonesia.
Semangat anak2 kopdar
Saya minggu kemaren dari pantai gililabak. Insaallah besok ke air terjun toroan.
BalasHapusSalam backpacker indonesia.
Semangat anak2 kopdar
Waktu ke air terjun toroan, gak sederas seprti di foto.. mungkin karna musim kemarau mas yaa...
BalasHapusSalam,
PulauMadura.com
maaf mau nanya ,perjalanan ke air terjun toroan pake nyebrang naik kapal ndak gan?
BalasHapuspake pesawat bisa juga kok
HapusMaaf ya sedikit klarifikasi, kata siapa kata toro itu artinya alat kelamin perempuan? Saya yg asli orang Madura ga ada yg menjelaskan arti toro itu alat kelamin perempuan.. Arti air terjun toroan itu berasala dari kata toron artinya turun, kenapa? Karna jalan menuju air terjun tu menurun atau turun dan air terjunnya pun langsung turun mengalir ke pantai.. Gitu artinya. .
BalasHapus